Home » , » Defek Septum Ventrikular

Defek Septum Ventrikular

<marquee behavior="alternate">WELLCOME TO MAMASA CITY OF CULTURE</marquee>
Salam anak mamasa langsung saja kali ini saya memposting tentang Defek Septum Ventrikular yang sangat berkaitan dengan masalah kesehatan yang secara umum dibutuhkan dan dan bagian2 yang saya posting kali ini adalah : 


A. DEFENISI
B. KLASIFIKASI
C. PATOFISIOLOGI
D. ETIOLOGI
E. GAMBAR KLINIS
F. PEMERIKASAAN DIAGNOSTIK
G. KOMPLIKASI
H. EVALUASI
A.   DEFINISI
       Defek septum ventrikular adalah kelainan jantung bawaan berupa lubang pada septum interventrikuler, lubang tersebut hanya satu atau lebih yang terjadi akibat kegagalan fungsi septum interventrikuler semasa janin dalam kandungan. Sehingga darah bisa mengalir dari ventrikel kiri ke kanan ataupun sebaliknya.
B.    KLASIFIKASI
1.         Klasifikasi Defek Septum Ventrikel berdasarkan kelainan Hemodinamik
·         Defek kecil dengan tahanan paru normal
·         Defek sedang dengan tahahan vaskuler paru normal
·         Defek besar dengan hipertensi pulmonal hiperkinetik
·         Defek besar dengan penyakit obstruksivaskuler paru

 2.    Klasifikasi  Defek Septum Ventrikel berdasarkan letak anatomis
·           Defek didaerah pars membranasea septum, yang disebut defek membran atau lebih baik perimembran (karena hampir selalu mengenai jaringan di sekitarnya). Berdasarkan perluasan (ekstensi) defeknya, defek peri membran ini dibagi lagi menjadi yang dengan perluasan ke outlet, dengan perluasan ke inlet, dan defek peri membran dengan perluasan ke daerah trabekuler.
·           Defek muskuler, yang dapat dibagi lagi menjadi : defek muskuler inlet, defek muskuler outlet dan defek muskuler trabekuler.
·           Defek subarterial, terletak tepat dibawah kedua katup aorta dan arteri pulmonalis, karena itu disebut pula doubly committed subarterial VSD. Defek ini dahulu disebut defek suprakristal, karena letaknya diatas supraventrikularis. Yang terpenting pada defek ini adalah bahwa katup aorta dan katup arteri pulmonalis terletak pada ketinggian yang sama, dengan defek septum ventrikel tepat berada di bawah katup tersebut. (dalam keadaan normal katup pulmonal lebih tinggi daripada katup aorta, sehingga pada defek perimembran lubang terletak tepat di bawah katup aorta namun jauh dari katup pulmonal)

 C.    PATOFISIOLOGI

       Pada defek septum ventrikel kecil hanya terjadi pirau dari kiri ke kanan yang minimal sehingga tidak terjadi gangguan hemodinamik yang berarti.
Pada defek septum ventrikel sedang dan besar terjadi pirau yang bermakna dari ventrikel kiri ke ventrikel kanan.
Pada hari pertama pasca lahir belum terdapat pirau kiri ke kanan yang bermakna karena resistensi vaskuler paru masih tinggi.
Hal inilah yang menyebabkan bising baru terdengar beberapa hari sampai beberapa minggu 5 tahun bayi lahir.
Pirau kiri ke kanan yang besar menyebabkan meningkatnya tekanan ventrikel kanan, yang bila tidak terdapat obstruksi jalan keluar ventrikel kanan akan diteruskan ke arteri palmonalis.
Pada defek besar dapat terjadi perubahan hemodinamik akibat peningkatan tekanan terus menurun pada ventrikel kanan yang diteruskan ke pulmonalis. Pada suatu saat terjadi perubahan dari pirau kiri ke kanan menjadi kanan ke kiri sehingga px menjadi sianosis. Hal ini disebut sebagai sindrom Eisenmenger.

1.       DSV Kecil
Biasanya asimtomatik jantung normal atau sedikit membesar dan tidak ada gangguan tumbuh kembang. Bunyi jantung biasanya normal, dapat ditemukan bising sistolik diri pendek yang mungkin didahului carly systolik click. Ditemukan pula bising pansistolik yang biasanya keras disertai getaran bising dengan pungtum max disela iga III-IV. Garis parasternal kiri dan menjalar ke sepanjang sternum kiri  bahkan ke seluruh prekordium.

2.       DSV Sedang dan Besar
Gejala timbul pada mada bayi berupa sesak nafas saat minum atau makan memerlukan waktu lebih lama / tidak mampu menyelesaikan makan dan minum, kenaikan BB tidak memuaskan dan sering menderita infeksi paru yang lama sembuhnya.

D.   ETIOLOGI
Lebih dari 90% kasus penyakit jantung bawaan penyebabnya adalah multifaktor. Faktor yang berpengaruh adalah :
A.        Faktor eksogen
ibu mengkonsumsi beberapa jenis obat penenang dan jamu. Penyakit ibu (penderita rubella, ibu menderita IDDM) dan Ibu hamil dengan alkoholik.
B.         Faktor endogen penyakit genetik (Sindrom Down), anak yang lahir sebelumnya menderita PJB, ayah dan ibu menderita PJB dan lahir dengan kelainan bawaan yang lain.
E.    GAMBARAN KLINIS
1.    VDS Kecil
·           Biasanya asimtomatik
·           Tidak ada gangguan tumbang
·           Bunyi jantung normal, kadang ditemukan bising pansistolik yang menjalar keseluruh tubuh prekardium dan berakhir pada waktu diastolik karena terjadi penurunan VSD
2.    VSD Sedang
·      Sesak nafas pada saat aktivitas
·           Defek 5 – 10 mm
·       BB sukar naik sehingga tumbang terganggu
·       Takipnoe
·       Retraksi
·       Bentuk dada normal
·       Bising pansistolik
F.    PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
·           Auskultasi jantung à mur-mur pansistolik keras dan kasar , umumnya paling jelas terdengar pada tepi kiri bawah sternum
·           Pantau tekanan darah
·           Foto rontgen toraks à hipertrofi ventrikel kiri
·           Elektrocardiografi
·           Echocardiogram à hipertrofi ventrikel kiri
·           MRI

G.   KOMPLIKASI
1.         Gagal jantungEndokarditis
2.         Insufisiensi aorta
3.         Stenosis pulmonal
4.         Hipertensi pulmonal (penyakit pembuluh darah paru yang progresif)


F.    PENATALAKSANAAN
1.         Medik
Px DSV besar perlu ditolong dengan obat-obatan untuk mengatasi gagal jantung diberikan digoksin dan diuretik lasik. Bila obat dapat memperbaiki keadaan yang dilihat dengan membaiknya pernafasan dan pertambahan berat badan maka operasi dapat ditunda sampai usia 2-3 tahun tindakan bedah sangat menolong. Karena tanpa tindakan tersebut harapan hidup berkurang. Operasi bila perlu dilakukan pada umur muda jika pengobatan medis untuk mengatasi gagal jantung tidak berhasil.
2.         Keperawatan
Pasien DSV baru dirawat di RS bila sedang mendapat infeksi saluran nafas. Karena biasanya sangat dispnea dan sianosis sehingga px terlihat payah.
3.          
A.      Pengkajian
Data umum yang ditemukan pada pasien dengan DSV adalah :
1.         Anak terlihat pucat karena cyanosis
2.         Banyak keringat bercucuran
3.         Ujung-ujung jari hiperemik
4.         Sangat dispnea, nafas pendek
5.         Pada pemeriksaan fisik terdapat diameter dada bertambah sering terlihat pembonjolan dada kiri, retraksi pada jugulum
B.      Diagnosa Keperwatan
Diagnosa keperawatan yang ditemukan yaitu
1.         Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelahiran stpuktural jantung.
2.         Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan berhubungan dengan pertukaran O2 yang tidak  adekuat.
3.         Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea.

C.      Perencanaan
Diagnosa 1 :
Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelahiran stpuktural jantung
Tujuan : Menurunkan beban jantung
Kriteria Hasil :             - TTV dalam batas normal
- Mempertahankan curah jantung adekuatif.

Rencana Tindakan :
1.    Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dakam melakukan tindakan
`      R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan
2.    Pantau TTV
R/ Indikator klinis dari keadekuatan curah jatuh. Pemantauan memunkinkan deteksi dini / tindakan terhadap dekompensasi.
3.    Pantau irama jantung sesuai indikasi
       R/ Distritmia umum  terjadi pada pasien dengan penyakit katup.
4.    Berikan posisi semi fowler
R/ Menurunkan volume darah yang kembali ke jantung (prelood).
5.  Bantu dengan aktivitas sesuai indikasi
R /  Melakukan kembali aktivitas secara bertahap mencegah pemaksaan terhadap cardiak out put.
6.  Berikan oksigen suplemen sesuai indikasi
R/  Umtuk ambilan miokand dalam upaya untuk mengkompensasi    peningkatan kebutuhan oksigen.
7.  Berikan obat-obatan sesuai indikasi
R/ Untuk menurunkan tahanan vaskuler sistemik.

Diagnosa 2 :
Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan berhubungan dengan pertukaran O2 yang tidak adekuat
Tujuan : Tidak terjadi infeksi saluran pernafasan
Kriteria Hasil : - Kx tidak mengalami sesak nafas
                         - Tidak ada retraksi intercosta


Rencana Tindakan :
1.    Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dalam melakukan tindakan R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan
2.    Tempatkan Kx pada ruangan yang cukup ventilasi, tidak terlalu dingin
R/ Ruangan yang terlalu dingin menyebabkan bronkokonstriksi.
3.    Beringkan Kx dengan posisi semi fowler
R/ Untuk menghindari isi rongga perut mendesak paru.
4.    Posisikan Kx dengan kepala extensi
R/ Untuk memudahkan lendir keluar.
5.    Isap lendir sesuai indikasi
R/ Untuk memudahkan saluran pernafasan.
6.    Ubah sikap berbaring Kx setiap 2 jam
R/ Untuk mencegah ulkus dekubitus.
7.    Observasi tanda-tanda vital
R/ Perubahan TTv, mengindikasikan perubahan kondisi Kx.
8.    Berikan O2 2 – 4 l/mnt bila terjadi dispnea
R/ Umtuk mengurangi dispnea.

untuk mendapatkan blog kami dan pencarian anda lebih lengkap silakan klik disini
Diagnosa 3 :
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea
Tujuan : Kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria Hasil : - Bayi dapat menetek atau mengisap dot
                         - TTV dalam batas normal
                         - Intake dan output seimbang
Rencana Tindakan :
1.         Berikan penjelasan kepada orang tua / keluarga Kx dalam melakukan tindakan
R/ Untuk memudahkan dalam melakukan proses keperawatan.
2.         Pasang infus jika bayi sangat dispnea
R/ Infus untuk memenuhi kebutuhan nutrisi Kx dan untuk memasukkan obat. Jika bayi sangat dispnea susah mengisap dot atau menetek.
3.         Perhatikan tetasan infus
R/ Tetesan infus yang terlalucepat akan menambah beban kerja jantung.
4.         Hitung intake dan output cairan Kx
R/ Untuk memantau keseimbangan cairan, bila kelebihan atau kekurangan dapat cepat diatasi.
5.         Berikan minum pada Kx atau biarkan menetek jika sesak berkurang dengan sela istirahat
R/ Membantu veflek menetek.
6.         Anjurkan ibu Kx untuk memangku Kx pada saat menetek
R/ Untuk menghindari tersedat dan memberikan kontak psikologis.
7.         Catat intake dan output Kx
R/ Untuk mengetahui intake dan output.

D.      Evaluasi
1.    Penurunan curah jantung berhubungan dengan kelainan struktural jantung.Kriteria evakuasi:
a.    Curah jantung adekuat
b.    TTV dalam batas normal
c.    Ada penurunan beban jantung
2.    Resiko terjadi infeksi saluran pernafasan berhubungan dengan pertukaran O2 yang tidak adekuat.
Kriteria evaluasi :
a.    Tidak terjadi infeksi saluran pernafasan
b.    Kx tidak mengalami sesak nafas
c.    Tidak ada retraksi intercosta
3.    Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan dispnea.
Kriteria evaluasi :
a.    Bayi dapat menetek atau mengisap dot.
b.    TTV dalam batas normal.
c.    Intake dan output seimbang.

Terima kasih telah mengunjungi blog kami, dan dapatkan yang anda inginkan disini 

0 komentar:

Post a Comment

Bila Blog atau Artikel Diatas Memiliki kekurangan Maka komentar anda Sangat Bermanfaat sebagai proses pengembangan

BLOG INI ONLINE SEJAK
24 JANUARI 2012
PENGUMUMAN
Anda Punya Artikel atau Ingin Menulis Artikel diblog kami secara GRATIS, Silahkan kirim biodata anda ke : silvamadika@gmail.com