1. Pengertian
Atelektasis
adalah suatu kondisi di mana paru-paru tidak dapat mengembang secara sempurna
(Somantri, 2008).
Atelektasis
disebut juga Kolapsnya paru atau alveolus. Alveolus yang kolaps tidak
mengandung udara sehingga tidak dapat ikut serta di dalam pertukaran gas.
Kondisi ini mengakibatkan penurunan luas permukaan yang tersedia untuk proses
difusi dan kecepatan pernafasan berkurang. ( Elizabeth J.Corwin , 2009)
Atelektasis
adalah istilah yang berarti pengembangan paru yang tidak sempurna dan
menyiratkan arti bahwa alveolus pada bagian paru yang terserang tidak
mengandung udara dan kolaps. (KeperawatanMedikalBedah,vol.2,penerbit buku kedokteran.EGC.2002).
Jadi,
atelektasis merupakan suatu keadaan kolaps, dimana paru-paru tidak dapat
mengembang secara sempurna, tepatnya pada alveolus/alveoli paru yang tidak
mengandung udara.
2. Klasifikasi Atelektasis
Menurut
Elizabeth J.Corwin (2009), Klasifikasi atelektasis dibagi menjadi 2, yaitu :
a.
Atelektasis Obstruktif (resorbsi)
b.
Terjadi karena obstruksi total saluran
napas sehingga udara tidak dapat masuk ke parenkim distal, akibatnya oksigen
yang terjerat akan diabsorbsi di dalam alveoli. Jaringan paru yang terkena
atelektasis akan kolaps, tetapi aliran darah melalui jaringan ini tidak
terganggu. Kemudian semenjak volume paru mengecil, maka mediastinum akan
tertarik ke arah jaringan paru yang mengalami atelektasis. Secara prinsip,
atelektasis resorpsi disebabkan oleh :
1) Sekresi berlebihan misalnya gumpalan
lendir, atau eksudat dalam bronkioli dan sering
ditemukan
pada penyakit asma bronkial, bronkitis kronik, bronkiektasis, dan
keadaan-keadaan post operasi.
2) Aspirasi benda-benda asing
3) Neoplasma di dalam saluran bronkial dapat
menyebabkan obstruksi subtotal.
b. Atelektasis
Kompresi
Yaitu
atelektasis yang terjadi akibat penekanan terhadap substansi paru. Dapat
terjadi bila rongga pleura sebagian atau seluruhnya terisi dengan eksudat
cairan, darah, tumor, atau udara (pneumotoraks), atau dengan pneumotoraks
‘tension’ bilamana tekanan udara masuk dan mengancam fungsi paru-paru serta
mediastinum.
Bentuk
atelektasis kompresi biasanya dijumpai pada penyakit payah jantung dengan efusi
pleura, dan pada penderita yang mengalami efusi pleura akibat mengidap penyakit
neoplasma (tumor). Selain itu, pada penyakit peritonitis atau abses
subdiafragma daoat menyebabkan diafragma terangkat ke atas dan mencetuskan
terjadinya atelektasis basal. Pada atelektasis kompresi mediastinum bergerak
menjauhi atelektasis.
3. Etiologi
Sebab
utama dari atelektasis adalah penyumbatan bronkus. Penyumbatan juga bisa
terjadi pada saluran pernafasan yang lebih kecil. Penyumbatan bisa disebabkan
oleh adanya gumpalan lendir, tumor atau benda asing yang terhisap ke dalam
bronkus. Atau bronkus bisa tersumbat oleh sesuatu yang menekan dari luar,
seperti tumor atau pembesaran kelenjar getah bening.
Jika
saluran pernafasan tersumbat, udara di dalam alveoli akan terserap ke dalam
aliran darah sehingga alveoli akan menciut dan memadat. Jaringan paru-paru yang
mengkerut biasanya terisi dengan sel darah, serum, lendir, dan kemudian akan
mengalami infeksi.
Atelektasis
merupakan suatu akibat dari kelainan paru yang dapat disebabkan :
a. Bronkus tersumbat
Penyumbatan bisa berasal didalam
bronkus (tumor bronkus, benda asing, cairan sekresi yang massif) dan
penyumbatan bronkus akibat penengkanan dari luar bronkus akibat penengkanan
dari luar bronkus (tumor sekitar bronkus, kelenjar membesar).
b. Tekanan ekstrapulmoner
Biasanya
disebabkan oleh pneumothoraks, cairan pleura, peninggian diafragma, herniasi
alat perut kedalam rongga thoraks, dan tumor intra thoraks tepe ekstrapulmuner
(tumor mediastinum).
c. Paralisis atau paresis gerak pernapasan,
Menyebabkan
perkembangan paru yang tidak sempurna, misalnya pada kasus poliomiolitis dan
kelainan neurologic lainya. Gerak nafas yang tergangu akan mempengaruhi
kelancangan pengeluaran secret bronkus dan ini menyebabkan penyumbatan bronkus
yang berakhir dengan memperberat keadaan
atelektasis.
d. Hambatan gerak pernapasan
Kelainan
pleura atau trauma toraks yang menahan rasa sakit. Keadaan ini juga akan
menghambat pengeluaran secret bronkus yang dapat memperhebat terjadinya
atelektasis.
Atelektasis
seharusnya dapat dibedakan dengan pneumothoraks. Walaupun kolaps alveolar
terdapat pada kedua keadaan tersebut, penyebab kolapsnya dapat dibedakan dengan
jelas.Atelektasis timbul karna alveoli menjadi kurang berkembang atau tidak
berkembang, sedangkan pneumothoraks timbul karena udara masuk kedalam rongga
pleura. Pada kebanyakan pasien, pneumothoraks tidak dapat dicegah dengan
perawatan yang tepat.
4. Manifestasi Klinik
Menurut
Paula Krisanti (2009), tanda dan gejala yang timbul pada penyakit atelectasis
adalah :
a. Dyspnea berat.
b. Sianosis.
c. Nyeri dada.
d. Takikardi.
e. Dapat mengeluh napas pendek, sesak dan
kelemahan.
f. Ansietas
g. Pemeriksaan auskultasi menunjukkan
penurunan bunyi napas.
5. Patofisiologi
Pada
atelektasis absorpsi, obstruksi saluran napas menghambat masuknya udara ke
dalam alveolus yang terletak distal terhadap sumbatan.Udara yang sudah terdapat
dalam alveolus tersebut diabsorpsi sedikit demi sedikit ke dalam aliran darah
dan alveolus kolaps. Atelektasis absorpsi dapat disebabkan oleh obstruksi
bronkus intrinsik atau ekstrinsik.Obstruksi bronkus intrinsik paling sering
disebabkan oleh secret atau eksudat yang tertahan.Tekanan ekstrinsik pada
bronkus biasanya disebabkan oleh pembesaran kelenjar getah benih.
Mekanisme
pertahanan fisiologik yang bekerja mempertahankan sterilitas saluran nafas
bagian bawah bertindak mencegah atelektasis dengan menghalangi terjadinya
obstruksi. Mekanisme-mekanisme yang beperan yaitu silia yang dibantu oleh batuk
untuk memindahkan sekret yang berbahaya ke dalam faring posterior. Mekanisme
lain yang bertujuan mencegah atelektasis adalah ventilasi kolateral. Hanya inspirasi
dalam saja yang efektif untuk membuka pori-pori Kohn dan menimbulkan ventilasi
kolateral ke dalam alveolus disebelahnya yang mengalami penyumbatan (dalam
keadaan normal absorpsi gas ke dalam darah lebih mudah karena tekanan parsial
total gas-gas darah sedikit lebih rendah daripada tekanan atmosfer akibat lebih
banyaknya O2 yang diabsorpsi ke dalam jaringan daripada CO2 yang
diekskresikan).
6. Pemeriksaan Penunjang
Menurut
Paula Krisanti (2009), pemeriksaan penunjang yang muncul pada pasien atelektasis
yaitu :
a.
Pemeriksaan diagnostik
1)
Radiologi Konvensional
Pemeriksaan
X – Ray terlihat paru menyusut.
2)
Computed Tomography Scan (CT-SCAN)
a.
Pemeriksaan laboratorium
Analisa Gas darah : Po2 : 35 mmHg
Pco2 : 49 mmHg
Pemeriksaan Sputum : BTA ( + )
7. Penatalaksanaan
Tujuan
pengobatan adalah mengeluarkan dahak dari paru-paru dan kembali mengembangkan
jaringan paru yang terkena.Tindakan yang biasa dilakukan :
a. Berbaring pada sisi paru-paru yang sehat
sehingga paru-paru yang terkena kembali bisa mengembang
b. Menghilangkan penyumbatan, baik melalui
bronkoskopi maupun prosedur lainnya
c. Latihan menarik nafas dalam ( spirometri
insentif )
d. Perkusi (menepuk-nepuk) dada untuk
mengencerkan dahak
e. Postural drainase
f. Antibiotik diberikan untuk semua infeksi
g. Pengobatan tumor atau keadaan lainnya
h. Pada kasus tertentu, jika infeksinya bersifat
menetap atau berulang, menyulitkan atau menyebabkan perdarahan, maka biasanya
bagian paru-paru yang terkena mungkin perlu diangkat.
Setelah
penyumbatan dihilangkan, secara bertahap biasanya paru-paru yang mengempis akan
kembali mengembang, dengan atau tanpa pembentukan jaringan parut ataupun
kerusakan lainnya.
8. Komplikasi
Pada
pasien yang mengalami penyakit atelektasis sering kali dapat menimbulkan
beberapa penyakit, diantaranya:
a. Pneumothoraks
Pneumothoraks
adalah adanya udara dalam rongga pleura di mana masukan udara ke dalam rongga
pleura, dapat dibedakan menjadi pneumothorak spontan, udara lingkungan keluar
masuk ke dalam rongga pleura melalui luka tusuk, misalnya udara melalui
mediastinum yang disebabkan oleh trauma.
b. Efusi pleura
Atelektasis
yang berkepanjangan dapat menyebabkan penggantian jaringan paru yang terserang
dengan jaringan fibrosis dan juga atelektasis dapat menyebabkan pirau (jalan
pengalihan) intrapulmonal (perfusi ventilasi) dan bila meluas, dapat
menyebabkan hipoksemia